Review Buku Kaum Rebahan Beri Perubahan (M.Atiatul Muqtadir) - Pena Tia
Review Buku Kaum Rebahan Beri Perubahan
Penulis : M. Atiatul Muqtadir
Penerbit : Bhumi Anoma
Tahun
terbit : 2020
Jumlah
halaman : 200 halaman
Buku ini merupakan buku self improvement genrenya sudah pasti non fiksi terdiri dari pembukaan, bab 1, bab 2, dan penutup. Mungkin terlihat singkat tetapi pada setiap bab terbagi menjadi beberapa bagian pada bab 1 terdiri dari 4 bagian yaitu Manusia=Berpikir, Manusia=Perasa, Manusia=Pondasi Peradaban, Manusia=Tanggung Jawab Dunia Akhirat. Sedangkan pada bab 2 terdiri dari Membuat Visi Hidup, Keberanian, Kerja Keras dan Kegigihan, Pembelajar, Kebersamaan, Kerja Tuntas: Kesabaran sebagai Daya Tahan dan Keikhlasan. Pada buku ini tidak terdapat daftar isi sehingga pembaca sedikit kesulitan untuk melihat bagian perbab nya. I see, kenapa tidak ada daftar isi mungkin agar dibaca secara berurutan terkadang ada pembaca yang tipe membacanya tidak berurutan, dimana ada bagian menarik itu yang dibaca terlebih dahulu. Tetapi tenang saja versi terbarunya yang bersampul kuning sudah terdapat daftar isi.
Anyway, buku ini kaya akan referensi-referensi baik itu dari Al-Qur’an, Hadist Rasulullah, nasihat-nasihat para ulama, riwayat hidup tokoh terkenal, buku-buku dari penulis domestik dan mancanegara, bahkan lirik nasyid. Sebenarnya buku ini tidak berat namun butuh konsentrasi yang tinggi saat membacanya agar dapat meresapi setiap kalimat dan pesan yang hendak penulis sampaikan, Kalau aku butuh 4 kali membaca buku ini sampai pesan tersirat dan tersuratnya itu dapat dipahami dan diaplikasikan.
Buku ini memberikan gambaran bahwa kita diciptakan Allah bukan tanpa alasan dan bukan tanpa tujuan. Kita diciptakan sebagai khalifah. Kehadiran kita sebagai penjaga dan mampu memberikan manfaat di muka bumi ini. Setelah itu, kita diajak untuk membangun kesadaran bahwa rebahan yang dengan tujuan bermalas-malasan itu tidak baik. Karena di akhirat nanti kita akan diminta pertanggungjawabkan atas apa yang telah kita lakukan di dunia ini. Baik itu umur, harta, ilmu bahkan masa muda kita akan dipertanggungjawabkan. Pertanyaannya apakah sudah digunakan untuk hal yang bermanfaat? Atau malah sejauh ini hanya digunakan untuk hal yang sia-sia?
Buku ini cocok untuk siapa saja, terutama untuk kaum pemuda-pemudi yang ingin memberikan peluang bagi dirinya sendiri untuk bertumbuh dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Buku ini menjadi bahan refleksi bagi diriku sendiri. Setiap halamannya, membawa ku pada peristiwa-peristiwa kehidupan yang telah aku lakukan selama ini. Pada akhirnya, kesadaran itu muncul dengan sendirinya bahwa diri ini belum pernah melakukan sesuatu yang bernilai baik apalagi bermanfaat. Hidup terlalu egois jika hanya mementingkan untuk diri sendiri, dari sini aku memahami merawat empati itu penting.
Empati membuat kita tidak hanya berhenti pada fase, “Ya, ampun, kasihan banget”, tapi berlanjut pada, “Gimana ya caranya biar gue bisa bantu dia?” (hal 30).
Selain itu, tugas kita di bumi ini bukan hanya menjadi baik tapi menjadi sebaik-baiknya manusia. “Khoirunnas anfa’uhum linnas” berarti sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain (hal 66).
Kedua kalimat ini berhasil membuatku merenung, mengintropeksi diri dan memilih untuk memberikan perubahan yang dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. In my opinion, semua buku itu akan memberikan dampak yang baik apabila pembacanya memiliki kesadaran dan mampu mengaplikasikannya. Aku bersyukur menemukan buku ini ketika aku sedang ingin menjadi baik namun pada saat itu bingung harus memulai darimana.
Seberapa sering kita membiarkan diri kita dalam ketakutan untuk berubah? Dengan dalih, “Sepertinya aku belum mampu”, atau “Mana mungkin seorang aku bisa melakukan perubahan” tanpa kita sadari persepsi seperti ini lah yang menjadi tembok penghalang kita untuk bertumbuh. Selagi masih bisa bernapas akan selalu ada kesempatan untuk menjadi lebih baik.
Adapun insight yang aku dapat dari buku ini adalah menjadi bermanfaat itu tidak lah susah cukup jadi versi terbaik diri sendiri. Lakukan dengan kerja keras, kegigihan, kolaborasi dan pastinya harus dilandasi dengan keikhlasan. Allah memberikan kita kenikmatan berupa indera-indera yang melekat pada tubuh kita gunakan indera tersebut untuk melihat, mendengar, merasakan apa yang terjadi di sekitar kita agar empati itu akan selalu tumbuh dan mengakar dalam diri.
Rate
: 4,95/5,00
Tak terasa kita berada dipenghujung review buku yang singkat ini, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Terimakasih banyak telah menyimak review ini. Jika ada kritik dan saran silahkan isi dikolom komentar. Saran teman-teman pembaca sangat saya butuhkan :)